Selamat datang

3 hal yang akan membantu kita di akherat yaitu amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh

Rabu, 18 November 2009

10 Alasan Karyawan Bermasalah Dipertahankan…..!!

Dalam kehidupan sehari-hari di dunia kerja, sebagai karyawan kita sring kali dihadapkan pada situasi yang rumit. Ada rekan kerja yang mudah diajak komunikasi, baik dalam urusan pekerjaan maupun urusan lainnya, tapi sering juga ada rekan kerja yang sama sekali tidak bisa diharapkan untuk bekerjasama. Bahkan dia ini terkesan seenaknya, namun tampaknya atasan tutup mata atau tidak mau tahu masalah ini. Kadang kita merasa frustasi atau malas jika sudah berhadapan dengan rekan kerja yang demikian, bukannya malah meringankan pekerjaan tapi malah kehadirannya justru
mendatangkan beban kerja baru bagi yang lainnya.
“Kenapa orang ini tidak diberhentikan atau dimutasikan saja ya, apa perusahaan ga merasa dirugikan?” Kalimat tersebut mungkin sering terbersit di benak setiap orang yang ada di kantor tersebut. Memberhentikan seorang karyawan mungkin mudah secara teori, namun sering kali sangat sulit untuk dilakukan dan ditempuh oleh perusahaan. Atasan karyawan pemalas ini mungkin saja mengetahui tabiat buruk yang bersangkutan, namun mungkin atasan atau perusahaan punya alasan lebih baik untuk tidak memecat karyawan yang bersangkutan.
Ada beberapa alasan yang melandasi karyawan bermasalah masih bebas melenggang di kantor dengan nikmatnya, sementara orang lain sudah muak dengan perilakunya:
1. Karyawan itu punya hubungan dengan bos
Meski perilakunya negatif, tetapi karena si karyawan memiliki hubungan pertemanan atau family dengan bos atau seseorang yang berkuasa, selamatlah dia dari lubang pemecatan. Dia mungkin tak pintar dalam pekerjaan, namun mungkin teman yang baik dalam hal lainnya, misalnya golf, tenis atau saat hang out bersama bos atau penguasa perusahaan tersebut.
2. Atasan memiliki ketergantungan yang kuat terhadap karyawan tersebut
Menurut Terence R. Mitchell, Ph.D., dalam bukunya “People in Organizations: Understanding Their Behavior,” saat atasan bergantung pada karyawan, biasanya si atasan seolah melupakan kinerja buruk karyawan yang bersangkutan. Kalaupun tahu, si atasan memilih tutup mata, tutup telinga. Selamatlah karyawan tersebut.
3. Karyawan itu membawa nilai lebih untuk perusahaan
Mungkin karyawan yang kerjanya hanya bercanda atau menghabiskan jam kerja karyawan lainnya itu sejatinya pekerja brilian, dimana produktivitasnya kerap menghasilkan pendapatan yang signifikan untuk perusahaan, tetapi hal ini tidak nampak oleh karyawan lainnya.
4. Atasan berpikir kelakuan karyawan masih bisa dimaafkan
Meskipun semua orang tahu karyawan itu orang yang menyebalkan, namun manajemen justru mencemaskan jika yang bersangkutan dipecat, situasi malah bisa lebih buruk. Apalagi jika atasan punya pengalaman buruk dalam merekrut orang yang tidak tepat untuk posisi karyawan dimaksud. Jadilah ‘pembiaran’ ini berlanjut. Kategori batas toleransi untuk hal-hal tersebut kadang antara manajemen dan lapangan (karyawan) berbeda. Tetapi fakta di lapangan biasanya lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan aturan dalam manajemen yang ada.
5. Atasan takut kepada si karyawan
Jika ada kecemasan bahwa karyawan yang bersangkutan mungkin akan menuntut perusahaan atau akan terjadi kericuhan saat dia dipecat, mungkin akan butuh waktu lama ‘mengusir’ keluar karyawan itu dari perusahaan. Jika ada ancaman, perusahaan perlu berkonsultasi dengan pengacara dan mengambil langkah yang tepat sebelum memutuskan memecat karyawannya. Hal ini sering menjadi dilema bagi perusahaan, umumnya ketika melaksanakan kebijakan penggunaan SDM lokal yang mutunya kurang sesuai.
6. Atasan kasihan padanya
Pada kasus tersebut, atasan menaruh simpati kepada karyawan, sehingga apapun yang dilakukan karyawan itu tidak ‘diambil hati.’ Bos mungkin khawatir, jika karyawan dipecat, dia tak bisa mendapatkan pekerjaan baru. Jika karyawan tersebut membutuhkan uang untuk menopang keluarga, memiliki masalah kesehatan, atau memiliki pengalaman menantang dalam hidupnya baru-baru ini, bos mungkin memutuskan karyawan itu tetap dipekerjakan saja. Semata demi alasan kasihan. baik sekali perasaan bos ini.
7. Atasan tak ingin merekrut yang baru
Memang butuh waktu menyelenggarakan perekrutan karyawan baru, mulai dari membuat iklan lowongan, menyortir aplikasi yang masuk, tes hingga wawancara dan melatih orang baru. Atasan mungkin merasa hal itu hanya buang-buang tenaga dan biaya sehingga lebih memilih mempertahankan karyawan bertabiat buruk ketimbang menggantinya dengan orang baru. Hal ini dilakukan apabila secara perhitungan manajemen, biaya yang dikeluarkan untuk merekrut karyawan baru lebih besar dibandingkan dengan mempertahankan karyawan yang ada.
8. Karyawan itu mengetahui sesuatu (rahasia, aib atau lainnya)
Karyawan yang bersangkutan mungkin mengetahui sesuatu yang memalukan soal atasannya, atau informasi yang dibutuhkan perusahaan. Misanya, karyawan itu adalah satu-satunya orang yang bias mengoperasikan peralatan aneh atau rumit yang amat dibutuhkan perusahaan saat ini. Jadi meski reputasinya buruk, apa boleh buat, manajemen memilih mempertahankannya.
9. Karyawan tahu kesalahan semua orang
Pada buku “Snakes in Suits,” Paul Babiak, Ph.D. dan Robert D.. Hare, Ph.D., menjelaskan bahwa psikopat di tempat kerja ternyata jumlahnya mencengangkan. Sementara psikopat mungkin mencakup 1% dari total populasi, Babiak dan Hare menemukan bahwa 3,5% para eksekutif bekerja dengan orang yang profilnya cocok dengan psikopat. “Karyawan psikopat merupakan pembohong patologis yang hanya sedikit bekerja atau malah tidak melakukan apa-apa untuk perusahaan. Mereka ini mempesona manajemen senior dengan ‘potensi kepemimpinan’ yang memaksa semua orang harus melindunginya atau dengan mudah si karyawan psikopat menyalahkan orang lain atas kesalahan yang diperbuatnya.
10. Karyawan itu sejatinya berkinerja baik
Jika rekan kerja sering berlama-lama saat jam makan siang, sering bekerja dari rumah atau melakukan sesuatu yang menurut orang lain tidak adil, sepanjang hal itu tidak mengganggu Anda, memang kenapa? Selama Anda tidak dirugikan, berhentilah memikirkan apa yang dilakukan orang lain. Pikirkan saja diri Anda sendiri.

So,....... be positive thinking (berpikirlah positif) terhadap orang lain, karena kita kadang tidak tahu apa sesungguhnya yang ada dalam pikiran orang lain dibalik perilakunya yang kadang kurang baik. Kita kadang tidak tahu kalau ternyata orang lain itu lebih baik dari kita. Ingat, jarum diseberang lautan akan nampak (kelihatan), tapi gajah dipelupuk mata tidak nampak (tidak kelihatan). Jangan suudzon (berprasangka buruk), tapi kita mesti husnudzon (berprasangka baik) terhadap orang lain, apapun yang dilakukannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar